MENDIDIK ANAK YANG BAIK
By. Nur Ainy
Anak ibarat kertas
putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orang tua dalam
mendidik anak sangat vital. Karena melalui orang tualah, anak akan menjadi
manusia yang baik atau tidak. Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah
memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Hal yang paling
penting dalam mendidik anak adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang
utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan,
tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkrit. Secara simultan hal
itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat.
Tetapi
masih banyak orang tua yang mendidik anaknya dengan cara keras. Mereka
beralasan agar anak menjadi patuh, penurut, tidak keras kepala, takut kepada
orang tuanya dan akhirnya mau menuruti terhadap apa yang diperintahkan orang
tuanya. Memang benar, Anak itu bisa menjadi takut kepada orang tuanya, tetapi
anak juga bakal takut sama yang lainnya, takut sama orang lain, takut untuk
mencoba, takut untuk berkreativitas, takut untuk mengambil keputusan, dan
takut-takut pada lainnya. Apakah itu yang orang tua inginkan??.. Apakah orang
tua ingin anaknya menjadi penakut dalam segala hal???..
Anak
yang masih sangat kecil atau usia dini, dalam melakukan segala hal selalu
menggunakan perasaannya ketimbang pikirannya. Baru setelah anak beranjak dewasa
ia akan lebih menggunakan logikanya atau berpikir ketimbang perasaannya. Jika
waktu masih kecil orang tua mengajarkan anaknya dengan perasaan keras maka
seolah-olah anak sedang diajarkan untuk bersikap keras pula. Jika yang kita
peragakan adalah memukul, membentak, dan menjewer, maka secara tidak langsung
kita sedang mengajarkan anak untuk memukul, membentak, dan menjewer. Jadi bukan
tidak mungkin jika besar nanti, anak menjadi preman pasar yang sering memukul,
membentak, dan menjewer orang lain.
Meskipun
maksud orang tua bersikap keras kepada anak bertujuan agar anak menjadi patuh,
tetapi anak yang masih kecil masih dominant menggunakan perasaannya daripada
pikirannya. Anak masih belum mampu menangkap maksud kita (yang keras atau kasar
tsb), anak hanya menangkap apa yang kita peragakan. Jika orang tua selalu
tersenyum, ia pun akan selalu tersenyum, jika kita selalu marah-marah, ia pun
akan selalu marah-marah, jika orang tua anyrudheng (bhs Madura)/cemberut,
maka anak akan anyrudheng.
Kewajiban
bagi orang tua dalam mendidik anak, supaya kelak nanti menjadi anak yanhg sesuai
dengan apa yang kita harapkan, sebagai anak yang perpengetahuan, taat kepada
ajaran agama, tidak melanggar ajaran-ajaran/norma-norma hukum di masyarakat, dibutuhkan
ketekunan dan tekat bulat untuk membekali anak-anak kita dengan bekal yang
memadai.
Setiap
diri masing-masing orang tua tentunya memiliki jalan atau cara tersendiri dalam
mendidik anak-anak mereka untuk mejadi yang terbaik. Ada beberapa kiat atau cara tersendiri
dalam mendidik anak yang baik dan positif seperti :
1. Ajarkan pada mereka sedini mungkin untuk menyayangi dan
menghargai diri sendiri. Sangat penting untuk diawali dalam proses pembelajaran
bagi anak-anak kita untuk belajar menyayangi dan menghargai dirinya sendiri.
Contohnya: mengajak anak-anak untuk meluangkan waktu berolah raga bersama atau
meluangkan waktu bersama untuk saling mengenal hobi / kesukaan masing-masing
anak dan orang tua. Sedikit banyak cara yang kita contohkan dan kita didik
kepada anak-anak kita dapat menghargai satu sama lain.
2. Meluangkan waktu yang berkualitas disetiap harinya. Kita
segabai orang tua menunjukan betapa gembiranya atas kehadiran anak-anak kita
ditengah keluarga. Menjadi “Ahli Gembira” di depan anak-anak kita dapat
mencairkan suasana bosan atau kejenuhan menjadi gembira, riang dan menjadi
moment yang istimewa. Contohnya: mengajak nyanyi bersama, mengajak canda tawa
atau mungkin mengajak anak pergi bersama-sama dihari libur, ini dapat
dijadikan sebuah moment dalam keluarga.
3. Menjadi pendengar yang baik. Hal ini tidak mudah bagi orang
tua menjadi pendengar yang baik. Sebagai orang tua sering memberi nasehat-nasehat,
saran dan lain sebagainya yang mana sebenarnya mereka (anak-anak) juga berhak
untuk angkat bicara. Mencoba menahan diri tanpa harus menghakimi, dan membuka
hati untuk mendengarkan isi hati mereka dengan kasih sayang. Memposisikan diri
kita dari sudut pandang mereka dan lupakan label kita sebagai orang tua
sejenak, membuat anak-anak kita merasa dihargai dan merasa diterima dan
dimengerti.
4. Memberi penghargaan kepada anak-anak kita. Mulailah pada diri
kita sebagai orang tua untuk memberikan reward / penghargaan yang sederhana
atau yang paling kecil pun atas pencapaian, keberhasilan anak-anak kita dengan
tujuan untuk lebih bangkit dan termotivasi kembali. Selain sebuah keberhasilan
anak-anak kita, kegagalan pun sepatutnya harus kita berikan semacam tepukan
punggung agar anak-anak kita terus bangkit. Contohnya : anak kita mendapat
nilai dibawah rata-rata nilai kelas, berilah senyuman dan tepukan
punggung dan diakhiri dengan pelukan, : “Inilah pencapaian kamu selama ini,
Ayah mohon agar kamu tetap terus mengejar ketinggalan kamu dan pasti kamu kelak
mendapat nilai lebih baik”. Berilah pujian dan pengakuan secara tulus,
karena penghargaan adalah diberikan atas tindakan yang telah dilakukan bukan
pada prestasi yang dicapai.
5.
Disiplinkan anak dengan
rasa hormat. Ini mendidik anak untuk bertanggung jawab, respek, dan
pengendalian rasa amarah. Dalam hal tanggung jawab anak didik untuk bertanggung
jawab atas tugas-tugas rutin keseharian sebagai anak. Tanggung jawab atas diri
mereka masing-masing sesuai dengan batasan usia dalam sebuah keluarga. Perbaiki
kesalahan mereka dengan kelembutan. Berikan konsekuensi yang wajar dari
pelanggaran dengan tujuan untuk mengajarkan tanggung jawab. Janganlah memarahi
apalagi mempermalukan anak di depan orang lain atas kesalahan yang diperbuat.
Hal ini mendidik anak-anak agar tetap respek dengan satu sama lainnya. Orang
tua juga meminta maaf bila melakukan kesalahan atas pelanggaran atau janji yang
kurang ditepati. Tanamkan kepada mereka juga janganlah takut untuk sebuah kesalahan,
karena kesalahan adalah sebuah proses pembelajaran. Temukanlah kebaikan dalam
kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, maka mereka belajar untuk berani
berjuang menghadapi tantangan dan resiko.
6.
Tanamkan nilai-nilai
kejujuran dan saling membantu. Tunjukkanlah dalam keseharian kita sebagai
orang tua agar selalu konsisten dengan nilai-nilai ini. Libatkan juga anak-anak
kita dalam kegiatan sosial yang secara rutin yang orang tua lakukan. Lambat laun akan tumbuh karakter positif yang kuat dalam diri mereka. Milikilah keyakinan yang meneguhkan keluarga kita di saat-saat sulit.
Anak-anak kita menjadi pribadi yang optimis dan bersyukur dalam kesehariannya.
Cintailah anak Anda dengan tulus tanpa syarat, dan
ungkapkanlah besarnya kasih sayang Anda tersebut kepada mereka. Anak yang
berada dalam kasih sayang yang tulus akan tumbuh dengan lebih bergembira,
percaya diri, menyenangkan, serta dapat diandalkan.
Artikel yang menarik, ada buku referensi ya bunda..terima kasih, salam kenal dari Kalimantan, semoga sukses selalu..
ReplyDeletereferensi dari bacaan2 tentang Psikologi Anak, pengalaman langsung lapangan bersama anak Usia Dini Hubbullah. salam kenal balik...terima kasih.....amiiiin
Delete